Air susu ibu (ASI) merupakan pilihan utama makanan pada bayi. Namun, perlu Bunda ketahui bahwa ada beberapa penyakit yang dapat menular melalui ASI. Mari, ketahui penyakit apa saja yang bisa menular melalui ASI agar Bunda bisa mencegahnya.
Memberikan ASI eksklusif hingga anak berusia 2 tahun bisa memberikan banyak manfaat agar tumbuh kembangnya berlangsung optimal. Selain mengandung nutrisi yang lengkap, ASI terbilang lebih praktis dan bisa mempererat ikatan Bunda dan Si Kecil.
Penyakit yang Bisa Menular Melalui ASI
ASI diproduksi oleh tubuh Bunda, sehingga beberapa penyakit yang Bunda alami ketika dalam masa menyusui juga bisa menular melalui ASI. Selain itu, proses menyusui yang melibatkan kedekatan dan kontak langsung antara Bunda dan bayi pun bisa memudahkan penularan penyakit.Beberapa penyakit yang dapat menular saat menyusui, di antaranya:
1. Cacar Air
Ibu menyusui yang menderita cacar air 5 hari sebelum atau 2 hari sesudah melahirkan disarankan menghindari kontak fisik dengan bayi. Fase penularan ini akan berlangsung selama 2 hari sebelum munculnya ruam.Meskipun tidak boleh melakukan kontak langsung, pemberian ASI perah masih bisa dilakukan. Setelah ruam cacar yang dialami mengurang, Bunda bisa kembali menyusui Si Kecil.
2. Tuberkulosis (TBC)
Cairan ASI memang tidak menularkan tuberkulosis, namun penyakit ini sangat mudah menular lewat cairan dari saluran pernapasan (droplet) ketika penderitanya bersin atau batuk. Maka dari itu, ibu menyusui yang terdeteksi menderita tuberkulosis aktif disarankan untuk tidak menyusui secara langsung dan menggunakan masker ketika berdekatan dengan bayi.Ibu menyusui yang menderita TBC baru diperbolehkan menyusui secara langsung bila sudah menjalani pengobatan tuberkulosis, setidaknya 2 minggu dan kondisinya sudah dinyatakan tidak berpotensi menularkan lagi.
3. Hepatitis
Penularan hepatitis selama proses menyusui dinilai cukup jarang terjadi, sehingga Bunda tidak perlu terlalu khawatir. Namun, hepatitis B dan C dapat menular melalui darah. Jika Bunda mengalami penyakit ini, kemudian mengalami luka pada payudara, proses menyusui sebaiknya dihentikan terlebih dahulu hingga luka sembuh.Selain itu, bayi yang lahir dari ibu yang menderita hepatitis B wajib mendapatkan vaksinasi hepatitis B selama 1 tahun secara langkap.
4. Herpes Simplex
Jika ibu menyusui menderita herpes simplex, proses menyusui masih bisa dilakukan selama tidak terdapat ruam herpes di payudara. Namun, jika terdapat ruam, proses menyusui sebaiknya dihentikan, baik secara langsung maupun melalui ASI perah. Ini karena bayi yang kontak dengan ruam atau mengonsumsi ASI dari payudara yang terkena ruam berisiko tinggi tertular.5. Infeksi Menular Seksual (IMS)
Setiap jenis infeksi menular seksual memiliki cara penularan yang berbeda-beda, termasuk melalui ASI. Pada ibu menyusui yang menderita HIV, tidak dianjurkan untuk menyusui karena virus HIV bisa menular melalui ASI.Pada ibu menyusui yang menderita trikomoniasis, dianjurkan melakukan pengobatan terlebih dahulu sebelum menyusui bayinya. Sementara ibu yang menderita infeksi gonore, klamidia, dan HPV masih diperbolehkan menyusui bayinya.
Kondisi lain yang dapat menunda pemberian ASI pada Si Kecil adalah ibu menyusui yang menggunakan narkoba, diduga terinfeksi virus Ebola, atau menderita infeksi virus HTLV (human T-cell lumphotrophic virus) tipe I maupun tipe II.
Sementara, pada ibu menyusui yang sedang mengalami DBD atau mastitis, serta ibu menyusui yang pernah atau sedang menderita kanker payudara, disarankan untuk berkonsultasi terlebih dahulu ke dokter sebelum memberikan ASI ekslusif pada bayinya.
Jika Bunda menderita kondisi kesehatan tertentu, terutama penyakit yang telah disebutkan di atas, sebaiknya berkonsultasi dan periksakan diri secara berkala ke dokter sebelum akan menyusui. Hal ini bertujuan untuk menghindari risiko penularan penyakit yang Bunda derita.